A.
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Masalah
“Indonesia
saat ini telah menjadi “the Republic of the Facebook. yang dirilis oleh CNET
Asia portal IT terkemuka di Asia pada awal bulan Januari 2009 lalu. Ungkapan
ini terinspirasi oleh perkembangan penggunaan Facebook oleh masyarakat
Indonesia yang mencapai pertumbuhan 64% pada tahun 2008. “Prestasi” ini
menjadikan Indonesia sebagai “the fastest growing country on Facebook in
Southeast Asia”. Bahkan, angka ini mengalahkan pertumbuhan pengguna Facebook di
China dan India yang merupakan peringkat teratas populasi penduduk di dunia.
Demam
Facebook menggejala di Indonesia, sebagaimana yang dilaporkan oleh Tempo
Interaktif 9 Februari 2009, dimulai pada pertengahan tahun 2008. Bahkan
disebutkan juga hingga pertengahan 2007 Facebook nyaris tak dilirik pengguna
Internet. Lonjakan pengguna Facebook pada pertengahan 2008 dibuktikan dengan
statistik Facebook sebagai situs ranking kelima yang paling banyak diakses di
Indonesia. Luar biasanya lagi, “Indonesia tercatat dalam sepuluh besar negara
pemakai situs yang mulai dibuka untuk umum pada 2006 ini.”
Melihat
sepakterjang Facebook yang semakin familiar dan digandrungi oleh pengguna
internet di Indonesia, membuat kita bertanya-tanya, seperti apakah bentuk, daya
tarik, dan kelebihan situs jaringan sosial yang telah menjadi trandsetter dalam
dunia virtual ini.
2. Tujuan
dan Manfaat Penulisan
1. Mengungkap muatan kapitalisme pada Facebook
2. Memberikan penyadaran kepada pengguna Facebook untuk
tidak terjebak dalam permainanan kapitalis
3. Memberikan solusi alternatif untuk migrasi dari
Facebook ke situs komunitas buatan dalam negeri.
B.
Pembahasan
Sekilas
tentang Facebook
Sebagaimana
di rilis dalam Press Room official situs Facebook, dinyatakan bahwa web
jaringan sosial ini pertama kali diluncurkan pada tahun 6 Februari 2004 dan
bertujuan untuk memudahkan interaksi antar individu tanpa harus terikat oleh
jarak dan sekat-sekat geografis.
“Ditemukan
pada bulan Januari 2004, Facebook adalah sebuah sarana sosial yang membantu
masyarakat untuk berkomunikasi secara lebih effisien dengan teman-teman,
keluarga dan teman sekerja. Perusahaan ini mengembangkan teknologi yang
memudahkan dalam sharing informasi melewati social graph, digital mapping
kehidupan real hubungan sosial manusia. Siapun boleh mendaftar di Facebook dan
berinteraksi dengan orang-orang yang mereka kenal dalam lingkungan saling
percaya
Penemu
situs pertemanan ini adalah Mark Zuckerberg seorang
mahasiswa “droup out” Universitas Harvard Amerika Serikat. Dia dilahirkan pada
14 Mei 1984. Kejeniusan dan kreativitas lewat Facebook membuat anak muda ini
menempatkan dirinya sebagai jajarang 400 orang terkaya di Amerika Serikat versi
Majalah Forbes edisi September 2008, tepatnya peringkat 321 dengan total
kekayaan 1,5 Miliyar Dollar US.
Sebenarnya Zuckerberg adalah mahasiswa jurusan Psikologi Harvard. Mengutak-atik dan menciptakan program komputer hanyalah kegiatan untuk bersenang-senang. Mungkin latar belakang keilmuan psikologi itulah ia tertarik untuk membuat situs-situs sosial. Sebelum menciptakan facebook ia telah merilis Coursematch yang memudahkan para mahasiswa melihat mata kuliah yang diambil, Facemash yang memungkinkan para pengguna mengukur daya tarik orang lain.
Pada
usia 20 tahun, Zuckerberg meluncurkan “The Facebook”. Awalnya diperuntukkan
khusus bagi mahasiswa Universitas Harvard. Hanya dalam 24 jam setelah
diluncurkan, 1.200 mahasiswa Harvard sudah menjadi anggota. Dalam sebulan,
separuh warga Harvard menjadi anggota. Keberhasilan ini membuat Zuckerberg
membuka keanggotaan “The Facebook” untuk seluruh mahasiswa di Boston.
Belakangan dibuka bagi mahasiswa Ivy League (kelompok delapan kampus paling top
Amerika Serikat), dan kemudian seluruh mahasiswa di Amerika Serikat.
Tepat
awal februari yang lalu Facebook merayakan ulang tahunnya yang ke 5. Sejauh ini
tercatat lebih dari 175 juta pengguna Facebook tersebar di seluruh dunia yaitu
pengguna yang telah aktif dalam 30 hari terakhir (Facebook.com; 2009). 24 juta
foto diunggah setiap hari, dan rata-rata jumlah teman per-anggota 120 orang.
C.Fenomena
Facebook di Indonesia
Pengguna
Facebook di Indonesia masih didominasi oleh kaum kelas menengah ke atas yang
memiliki akses internet (yang masih tergolong mahal di Indonesia). Kebanyakan
mereka adalah pelajar, mahasiswa, dosen, pekerja, politisi serta beberapa
tokoh-tokoh nasional.
Terhitung
sampai 22 Februari 2009, 1.333.649 user Indonesia telah terdaftar di Facebook
dan sekitar 73% (976.372 orang) di antaranya adalah user usia produktif (18-34
tahun). Dilihat dari gender, 688.306 user laki-laki dan 600.045 user perempuan.
Demam
Facebook adalah kelanjutan dari keberhasilan situs komunitas Friendster yang
berhasil menjaring 12 juta “registered users” atau sekitar 60% pengguna
internet di Indonesia. Bahkan banyak pengguna Friendster yang melakukan migrasi
ke Facebook karena layanan yang diberikan lebih lengkap dan mengikuti selera
masyarakat. Facebook memiliki sederet fitur yang memungkinkan penggunanya
berinteraksi langsung (real time), seperti chatting, tag foto, blog, game, dan
update status ”what are you doing now” yang dinilai lebih keren dari
Friendster.
Di
Indonesia, penggemar Facebook rata-rata adalah golongan tingkat ekonomi
menengah ke atas. Tentu ini menjadi peluang bisnis yang potensial bagi
penawaran barang dan jasa. Pelanggan iklanpun berdatangan dan semakin ramai
seiring meningkatnya popularitas Facebook. Tak tanggung-tanggung, menghadapi
pemilu 2009 ini parpol dan para caleg ikut berkampanye lewat Facebook. Dari
sinilah pundi-pundi income mengalir ke perusahaan jaringan sosial virtual ini.
Banyak
yang tak sadar bahwa situs perkawanan Facebook adalah bagian dari kapitalisme
global. Mengapa demikian?, karena banyak aktivis kampus, dosen, dan tokoh
masyarakat yang selama ini getol menyuarakan “Anti Kapitalisme” dan “Anti
Globalisme” menjadi anggota dari situs ini.
Berapapun
banyak teman yang ada dalam jaringan Facebook, tidak memberikan pengaruh
signifikan dalam hubungan sosial. Bahkan tidak pula menaikkan popularitas.
Kegiatan virtual di Facebook hanyalah tamasya imajinasi. Hubungan yang terjalin
adalah antar pelancong yang sedang berehat melepas beban kehidupan nyata
mereka.
Siapakah
sebenarnya yang menangguk keuntungan dengan kehadiran Facebook, jika setiap
member terus mempromosikan layanan ini kepada orang-orang yang belum terdaftar?
Meningkatnya pengguna Facebook akan memperbesar pendapatan sang pemilik perusahaan
yang berbasis di Amerika Serikat ini. Sebagaimana diketahui, Facebook tak
sekedar situs komunitas sosial, tapi sebuah cooperate yang bermain dengan
logika dagang untung dan rugi.
Member
memang tidak membeli produk dalam bentuk barang. Malahan kegiatan yang
dilakukan, dan keasyikan dengan perjumpaan dengan berbagai karakter manusia
dari berbagai penjuru dunia, dilakukan sebatas sarana memperluas persahabatan.
Semuanya diberikan gratis dan manfaat yang didapatkan juga berjibun. Jadi
dimanakah letak sisi negatif dari kehadiran Facebook dalam ruang kehidupan.
Logika
inilah yang dianut oleh pengguna Facebook terutama di Indonesia. Gencarnya
kampanye kenikmatan memakai Facebook telah menular secara cepat sehingga tak
salah pertumbuhan pengguna facebokk di indonesia mencapai angka 645% pada tahun
2008. Demam Facebook telah menaikkan posisi ekonomis perusahaan ini.
Dalam
kajian ini bahwa Facebook merupakan bagian dari kapitalisme global yang
mencengkram sendi-sendi kehidupan kita. Mungkin ada yang menyela, dimana sih
letak sisi kapitalismenya? Tidak ada uang yang dikeluarkan ketika bergabung
dengan Facebook dan tidak ada produk yang dibeli. Malahan, berbagai kemudahan
difasilitasi oleh Facebook. Sungguh aneh jika ada yang bilang, “Facebook telah
memanipulasi potensi ekonomi para member”.
Facebook
adalah bentuk komersialisasi “nothing”, yang sekarang sukses meraup keuntungan
luar biasa. “Nothing” apa yang dijual Facebook? Naluriah alamiah manusia untuk
berinteraksi secara menyenangkan. Ini adalah bisnis psikologis. Mula-mula
memang hanya mampu mengaet ribuan orang (1200 mahasiswa Harvard). Dengan
kejituan strategi bisnis lewat analisis ilmiah psikologi yang mampu dimainkan
oleh Sang Kreator, Facebook berhasil menghipnotis jutaan orang di dunia.
Publikasi terakhir menyebutkan 175 juta orang.
Se-antero dunia dan 1.333.649 di antaranya ada
di Indonesia menjadi member aktif Facebook. Jumlah ini akan terus bertambah
karena bergabungnya orang-orang populer Indonesia, yang menjadi magnet bagi
orang-orang biasa untuk mengikuti mereka dan kecendrungan migrasi pengguna
Friendster Indonesia (yang mencapai 12 juta orang) ke Facebook.
Sebagaimana
yang diketahui Facebook dikelola oleh segelintir orang, Mark Zuckerberg, Marc Andreessen, Jim Breyer, Don Graham dan Peter
Thiel, sebagai Member. David Sze dan Paul Madera sebagai Observer. Dalam kamus kapitalis, roti yang ada di
piring hendak diambil semuanya, dan mereka telah berhasil menempatkan diri
sebagai punggawa orang-orang terkaya di dunia, terutama sang owner Mark
Zuckerberg.
Jika
demikian keadaannya, apa yang mesti dilakukan? Langkah-langkah apa yang mesti
diambil untuk menghadapi masalah yang tak dianggap masalah ini? Saya melihat
persoalan ini sebagai persoalan mental.
Persoalan
mental, tentu harus diobati dengan terapi mental pula. Sebenarnya ada negara
yang memboikot Facebook. Ya, Iran dan Syiria. Sikap negasi kedua negara ini
menolak Facebook karena merasa terancam dengan pengaruh global yang akan
mengacak-acak identitas kebangsaan mereka.
Facebook
yang muncul dengan latar belakang Amerika Serikat tentu tidak lepas dari kultur
individualistik masyarakatnya.
Berbeda
dengan kultur masyarakat Indonesia yang komunal.
Keterlibatan didasarkan pada satu tujuan bersama dan ikatan emosional. Dorongan
yang muncul karena ada rasa “Saya ada bagian tak terpisahkan dari komunitas
ini”.
Kesadaran
akan “tragisnya” nasib sebagai korban kapitalisme informasional seharusnya
menghentakkan masyarakat untuk kemudian merenung diri bahwa “Saya adalah individu yang bebas dan
bermartabat”. Karena langkah proteksi sebagimana yang dilakukan oleh Iran dan Syiria tidak tepat untuk masyarakat Indonesia yang haus dengan
hal-hal yang baru.
Kehebatan
Facebook adalah simpel dan elegan, didukung dengan banyak fitur dalam satu
halaman. Spontanitas membuat orang enjoy dengan Facebook. Mereka bisa
mengetahui secara langsung apa yang sedang dipikirkan atau yang dilakukan oleh
teman-temannya sekaligus bisa langsung memberikan komentar. Semua berada pada
satu halaman.
1.
Fasilitas telepon
Kelebihan Facebook
dari situs komunitas yang lain adalah fasilitas chat. Oleh karena itu, Saya melihat
dengan menyajikan fasilitas telepon akan membuat orang terbius, karena belum
tercover oleh Facebook.
2.
Berisikan informasi tentang buku
Situs komunitas
haruslah membuat orang-orang di dalamnya menjadi cerdas. Oleh karena itu,
ditampilkannya buku-buku baru dengan sinopsis yang menarik akan membuat suasana
intelektual. Sehingga lambat-laun budaya membaca semakin massif. Sebagaimana
kita ketahui, budaya baca masyarakat Indonesia masih rendah, dan sekarang
budaya powerpoint sudah menggejala.
3.
Lowongan kerja terbaru
Kalau kita
perhatikan perkembangan blog di Indonesia, ada dua kontent yang paling banyak
dicari yaitu masalah seks dan lowongan kerja. Oleh karena itu, penulis menilai,
penampilan lowongan kerja perlu dimasukkan.
4.
Memungkinkan member mendapatkan uang
Bersenang-senang
di internet tentu menghabiskan waktu. Sangat disayangkan keasyikan berselancar
mengurangi produktivitas. Ketika iklan yang ditampilkan di Facebook mendulang
uang yang sangat banyak hanya masuk ke kantong sang pemilik perusahaan, maka
dalam konsep situs baru ini dimungkinkan member juga mendapatkan reward berupa
hadiah uang tunai. Reward ini bisa diberikan dengan sumbangan pemikiran lewat
tulisan, lomba-lomba kreatif ataupun lewat klik iklan.
5.
Publikasi
Kenapa Facebook
cepat menjalar di Indonesia? Tak lain dan tak bukan karena pemberitaan media
yang membuat banyak orang penasaran, apa itu Facebook? Bahkan Koran Republika
mengajak pembacanya untuk mengirimkan pengalaman mereka menggunakan Facebook.
Sehingga situs komunitas “peredam” ini harus dipromosikan secara yang gencar
dan kontroversial di media-media nasional dan lokal. Kerjasama pemerintah dan
pemilik media sangat diperlukan dalam hal ini.
6.
Aplikasi bahasa daerah
Seseorang akan
enjoy ketika menggunakan bahasa ibunya. Penggunaan bahasa daerah di situs
komunitas belum ada diberikan oleh Facebook. Oleh karena itu, untuk mengalahkan
Facebook di Indonesia, pilihan seluruh bahasa daerah tanag air di situs komunitas
baru ini sangat diperlukan. Tentu sangat mengasyikkan saling berkomunikasi
dengan bahasa daerah sendiri, sekaligus mempertahankan bahasa-bahasa daerah
dari kepunahan.
Perkembangan
kapitalisme informasional dapat dilawan oleh gerakan massal suatu bangsa yang
berusaha mempertahankan identitas mereka. Baik itu karena spirit religius,
nasionalisme, keluarga dan komunitas. Agar berhasil gerakan tandingan ini harus
bersandarkan pada informasi dan jaringan pula. Oleh karena itu situs komunitas
made in Indonesia sangat diperlukan untuk menghadang laju facebook. Karena
perang teknologi informasi tidak bisa dilawan dengan melarikan diri dari
hiruk-pikuk dunia. Ia harus dihadang, tentu dengan tawaran yang lebih hebat
dari yang ada selama ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar